Kamis, 23 Oktober 2014

PENALARAN

Bahasa Indonesia 2#
“PENALARAN”

(Tugas Individu)


Nama : Ayu Putrisari
Dosen : Rini Sawitri
Kelas : 3EB19
NPM : 21212291





UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2014/2015






PENALARAN

Contoh dari penalaran:

Makhluk hidup 1 membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Makhluk hidup 2 membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Makhluk hidup 3 membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Kesimpulan yang dapat diambil : Semua makhluk hidup membutuhkan udara untuk dapat bernapas.

Berdasarkan contoh di atas, dapat dikatakan bahwa penalaran adalah gerak pikiran dari proposisi 1 dan proposisi seterusnya (jika pada contoh di atas, maka terdapat 3 proposisi), sampai proposisi terakhir (kesimpulan). Jadi, penalaran (reasioning) adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).

Definisi Penalaran Menurut Para Ahli :

v Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
v Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
v Jujun Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
v Menurut Shurter dan Pierce, istilah penalaran sebagai reasoning yang didefinisikan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan (Dahlan, 2004).

Pengertian Penalaran dari Berbagai Sumber :

1.    Berdasarkan e-learning gunadarma 
Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.

2. Berdasarkan Wikipedia
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan  sejumlah konsep dan pengertian.

3. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia
a.  Cara (perihal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan pemikiran.
b. Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
c.  Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

Ciri – Ciri Penalaran :

1.    Dilakukan dengan sadar
2.    Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
3.    Sistematis
4.    Terarah, bertujuan
5.    Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6.    Sadar tujuan
7.    Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
8.    Pola pemikiran tertentu
9.    Sifat empiris rasional

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1.     Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.    Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.

Kesalahan Penalaran

Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan. Salah nalar terbagi atas dua macam :
1.    Kesalahan  induktif dapat disebabkan karena :
-  Kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
-  Kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
-  Kesalahan analogi.

2.    Kesalahan deduktif dapat disebabkan karena:
- Kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi,
- Kesalahan karena adanya term keempat,
- Kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
- Kesalahan karena adanya 2 premis negatif.

Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak  ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya, kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :

A. Berdasarkan Bentuk
1. Proposisi Tunggal
Proposisi Tunggal adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat atau hanya  mengandung satu pernyataan.
Contoh :
o  Semua nelayan harus bekerja keras
o  Setiap pemuda adalah calon pemimpin
o  Saya ingin naik kelas

2. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
o  Semua petani harus bekerja keras dan hemat
o  Nina bernyanyi dan menari
o  Saya harus beribadah yang rajin dan berbuat baik kepada sesama

B. Berdasarkan Sifat
1.    Proposisi Kategorial
Proposisi Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh :
o  Semua sapi adalah herbivora
o  Semua daun pasti berwarna hijau
o  Semua makhluk hidup pasti membutuhkan makanan

2.    Proposisi Kondisional  
Proposisi Kondisional adalah kebalikan dari proposisi kategorial, yaitu  proposisi yang hubungan antara subjek dan predikat membutuhkan / memerlukan syarat tertentu.
Contoh:
o  Jika hari mendung maka akan turun hujan

Proposisi Kondisional dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.    Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang mengandung hubungan sebab dan akibat.
Contoh :
o  Andai aku Presiden RI, aku akan berantas para koruptor
o  Jika harga BBM turun, maka rakyat akan bergembira

b.    Proposisi Kondisional Disjungtif adalah proposisi yang mengandung dua pilihan (alternative).
Contoh :
o  Dia seorang dokter atau perawat ?
o  Taylor Swift seorang penyanyi atau artis

C. Berdasarkan Kualitas
1. Proposisi Positif/Affirmative
Proposisi Positif/Affirmative adalah proposisi yang memiliki kesesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh :
o  Semua mahasiswa yang memiliki ipk di atas 3.3 akan mengambil jalur skripsi.
o  Sebagian manusia berjiwa sosial

2.    Proposisi Negatif
Proposisi Negatif adalah kebalikan dari proposisi positif.
Contoh :
o  Semua harimau bukanlah singa
o  Tidak ada daun yang dapat menghasilkan madu

D. Berdasarkan Kuantitas
1. Proposisi Umum/Universal
Proposisi Umum/Universal adalah proposisi yang diawali dengan kata semua, tidak satu pun, dan seluruh.
Contoh :
o  Tidak satu pun orang yang ingin masuk neraka
o  Semua pelajar ingin lulus ujian

2. Proposisi Khusus/Spesifik
Proposisi Khusus/Spesifik adalah proposisi yang diawali dengan kata sebagian.
Contoh :
o  Sebagian pelajar datang terlambat
o  Sebagian mahasiswa gemar menabung

Inferensi dan Implikasi

Inferensi merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi  dari  fakta  yang  diketahui.  Inferensi  adalah  konklusi  logis  atau  implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar,  proses inferensi dialakukan dalam suatu modul yang disebut inference  engine. Ketika representasi pengetahuan pada bagian knowledge base  telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada level yang cukup  akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah siap digunakan. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).

Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.

Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Inferensi terbagi menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung.

A.  Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
1.    “ Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya sepatu baru, kadonya lagi belum beli”.
Kesimpulan : Bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.
2.    Tanaman yang di rawat Pak Dodi setahun lalu hidup.
Kesimpulan : Tanaman yang dirawat Pak Dodi setahun yang lalu tidak mati.
3.    Ban motor Rico pecah sedangkan Rico besok ingin pergi ke kampus, tetapi Rico tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
Kesimpulan : Rico besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.

B.  Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini :
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit
Contoh lain :
A : Saya melihat ke dalam kamar itu
B : Plafonnya sangat tinggi

Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon

Implikasi

Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah. 

Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.
Contoh:
1.    “Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :

“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”

2.    “Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
“Jika udara terasa hangat maka matahari bersinar”

Wujud Evidensi

Evidensi adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut sebagai bukti empiris.  

Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi.

Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasi saja pada pernyataan, apabila penulis beranggapan bahwa pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya. Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak.

Cara Pengujian Evidensi : 

A.   Cara Menguji Data

Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut :
1.    Observasi
2.    Kesaksian
3.    Autoritas

B. Cara Menguji Fakta

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

1.    Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika (teori konsistensi) merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model, dalam hal ini digunakan arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.

2.    Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).

C. Cara Menguji Autoritas

Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
Ada beberapa cara sebagai berikut :
1. Tidak mengandung prasangka
Pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.

2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
Pengalaman dan pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh dalam pendidikannya. Pendidikan yang diperoleh akan menjadi jaminan awal. Pengalaman dan pendidikan yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukan autoritas.

3. Kemashuran dan prestise
Yang harus diperhatikan dalam meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain.

4. Koherensi dengan kemajuan
Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan konsep kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk sedangkan koherensi adalah Kepaduan Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut. Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang lain baik bentuk maupun distribusinya.

Apakah  pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.






Daftar Pustaka