Bahasa
Indonesia 2#
“PENALARAN”
(Tugas
Individu)
Nama
: Ayu Putrisari
Dosen
: Rini Sawitri
Kelas
: 3EB19
NPM
: 21212291
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TAHUN
AJARAN 2014/2015
PENALARAN
Contoh
dari penalaran:
Makhluk hidup 1
membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Makhluk hidup
2 membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Makhluk hidup
3 membutuhkan udara untuk dapat bernapas
Kesimpulan yang dapat
diambil : Semua makhluk hidup membutuhkan udara untuk dapat bernapas.
Berdasarkan
contoh di atas, dapat dikatakan bahwa penalaran adalah gerak pikiran dari
proposisi 1 dan proposisi seterusnya (jika pada contoh di atas, maka terdapat 3
proposisi), sampai proposisi terakhir (kesimpulan). Jadi, penalaran (reasioning)
adalah proses berpikir yang sistematik dalan logis untuk memperoleh sebuah
kesimpulan. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta, informasi,
pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas).
Definisi
Penalaran Menurut Para Ahli :
v Keraf
(1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu
kesimpulan.
v Bakry
(1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang
paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah
diketahui.
v Jujun
Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah
suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan.
v Menurut
Shurter dan Pierce, istilah penalaran sebagai reasoning yang didefinisikan
sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan (Dahlan, 2004).
Pengertian
Penalaran dari Berbagai Sumber :
1. Berdasarkan
e-learning gunadarma
Penalaran adalah bentuk
tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai
proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang
mendahuluinya.
2. Berdasarkan
Wikipedia
Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
3. Berdasarkan
Kamus Besar Indonesia
a. Cara
(perihal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis, jangkauan
pemikiran.
b.
Hal yang mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan
perasaan atau pengalaman.
c. Proses
mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau
prinsip.
Ciri
– Ciri Penalaran :
1. Dilakukan
dengan sadar
2. Didasarkan
atas sesuatu yang sudah diketahui
3. Sistematis
4. Terarah,
bertujuan
5. Menghasilkan
kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
6. Sadar
tujuan
7. Premis
berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
8. Pola
pemikiran tertentu
9. Sifat
empiris rasional
Syarat-syarat kebenaran dalam
penalaran
Jika seseorang
melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai
jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1.
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan
sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.
Dalam penalaran, pengetahuan yang
dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di
sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material.
Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan –
aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang
dijadikan sebagai premis tepat.
Kesalahan
Penalaran
Salah nalar (reasioning
atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru
menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor
emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan. Salah nalar terbagi atas dua macam :
1. Kesalahan
induktif dapat disebabkan karena :
- Kesalahan
karena generalisasi yang terlalu luas,
- Kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat,
- Kesalahan
analogi.
2. Kesalahan
deduktif dapat disebabkan karena:
- Kesalahan karena
premis mayor tidak dibatasi,
- Kesalahan karena
adanya term keempat,
- Kesalahan karena
kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi, dan
- Kesalahan karena
adanya 2 premis negatif.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga
merupakan aktivitas pikiran yang abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat
berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat
menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di
atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang
saling berkait. Tidak ada proposisi
tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama
dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan
dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga
dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan
hasil dari rangkaian pengertian.
Dalam penalaran, proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Proposisi
adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat.
Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk
subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya, kalimat
perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi.
Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi
kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi
kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis
Proposisi
Proposisi dapat
dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
A. Berdasarkan Bentuk
1. Proposisi Tunggal
Proposisi Tunggal adalah proposisi yang
terdiri atas satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
o
Semua nelayan harus bekerja keras
o
Setiap pemuda adalah calon pemimpin
o
Saya ingin naik kelas
2. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk atau jamak adalah
proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
o
Semua petani harus bekerja keras dan
hemat
o
Nina bernyanyi dan menari
o
Saya harus beribadah yang rajin dan
berbuat baik kepada sesama
B. Berdasarkan Sifat
1. Proposisi
Kategorial
Proposisi Kategorial adalah proposisi
yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan
syarat apapun.
Contoh :
o
Semua sapi adalah herbivora
o
Semua daun pasti berwarna hijau
o
Semua makhluk hidup pasti membutuhkan
makanan
2. Proposisi
Kondisional
Proposisi Kondisional adalah kebalikan dari proposisi kategorial,
yaitu proposisi yang hubungan antara subjek dan
predikat membutuhkan / memerlukan syarat tertentu.
Contoh:
o
Jika hari mendung maka akan turun hujan
Proposisi Kondisional dapat dibedakan ke
dalam 2 jenis, yaitu:
a. Proposisi
Kondisional Hipotesis adalah
proposisi yang mengandung hubungan sebab dan akibat.
Contoh :
o
Andai aku Presiden RI, aku akan berantas
para koruptor
o
Jika harga BBM turun, maka rakyat akan
bergembira
b. Proposisi
Kondisional Disjungtif adalah
proposisi yang mengandung dua pilihan (alternative).
Contoh :
o
Dia seorang dokter atau perawat ?
o
Taylor Swift seorang penyanyi atau artis
C. Berdasarkan Kualitas
1. Proposisi Positif/Affirmative
Proposisi
Positif/Affirmative adalah proposisi yang memiliki kesesuaian hubungan antara
subjek dan predikat.
Contoh :
o
Semua
mahasiswa yang memiliki ipk di atas 3.3 akan mengambil jalur skripsi.
o
Sebagian manusia berjiwa sosial
2.
Proposisi Negatif
Proposisi Negatif
adalah kebalikan dari proposisi positif.
Contoh :
o
Semua harimau bukanlah singa
o
Tidak
ada daun yang dapat menghasilkan madu
D. Berdasarkan Kuantitas
1. Proposisi Umum/Universal
Proposisi
Umum/Universal adalah proposisi
yang diawali dengan kata semua, tidak satu pun, dan seluruh.
Contoh :
o
Tidak
satu pun orang yang ingin masuk neraka
o
Semua pelajar ingin lulus ujian
2. Proposisi Khusus/Spesifik
Proposisi
Khusus/Spesifik adalah proposisi
yang diawali dengan kata sebagian.
Contoh :
o
Sebagian
pelajar datang terlambat
o
Sebagian mahasiswa gemar menabung
Inferensi
dan Implikasi
Inferensi
merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari
fakta yang diketahui. Inferensi adalah
konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang
tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi dialakukan dalam suatu
modul yang disebut inference engine. Ketika representasi pengetahuan pada
bagian knowledge base telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada
level yang cukup akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah
siap digunakan. Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus
dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang
ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis
(pembicara).
Inferensi atau
kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia
tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan
jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan
salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi
lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau
pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan
yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut
untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah
membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat
inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak
langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur). Inferensi terbagi menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan
Inferensi tidak langsung.
A. Inferensi
Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk
penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
1. “
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak
punya sepatu baru, kadonya lagi belum beli”.
Kesimpulan : Bahwa tidak bisa pergi ke
ulang tahun temannya.
2. Tanaman
yang di rawat Pak Dodi setahun lalu hidup.
Kesimpulan : Tanaman yang dirawat Pak
Dodi setahun yang lalu tidak mati.
3. Ban
motor Rico pecah sedangkan Rico besok ingin pergi ke kampus, tetapi Rico tidak
mempunyai uang untuk mengganti ban motor.
Kesimpulan : Rico besok tidak pergi ke
kampus karena ban motornya pecah.
B. Inferensi
Tak Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa
Inferensi yang
menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini :
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit
Contoh lain :
A : Saya melihat ke dalam kamar itu
B : Plafonnya sangat tinggi
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
Implikasi
Implikasi
diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau juga “if-then“. Implikasi
adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika
sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah.
Tetapi kita harus ingat
kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi
hanyalah berjalan satu arah saja.
Contoh:
1. “Jika
lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
2. “Jika
matahari bersinar maka udara terasa hangat”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
“Jika udara terasa hangat maka matahari bersinar”
Wujud
Evidensi
Evidensi
adalah semua fakta yang ada, yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan adanya
sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang
digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut
sebagai bukti empiris.
Akan tetapi pengertian
evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk
kepadanya tidak dapat dihindarkan. Data dan informasi yang di gunakan dalam
penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
di gunakan sebagai evidensi.
Dalam argumentasi, seorang
penulis boleh mengandalkan argumentasi saja pada pernyataan, apabila penulis beranggapan
bahwa pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya. Evidensi itu berbentuk data
atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber
tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Unsur yang paling
penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya
evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu
kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan
dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak
mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, hanya sekedar menegaskan apakah
suatu fakta itu benar atau tidak.
Cara
Pengujian Evidensi :
A.
Cara
Menguji Data
Data dan informasi yang
di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu
diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan
fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang
dapat di gunakan untuk pengujian tersebut :
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
B.
Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah
data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk
mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang
atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta
tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan
diambil.
1. Konsistensi
Konsistensi dalam ilmu logika (teori
konsistensi) merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak
mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal
semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan
bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model, dalam hal ini
digunakan arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika
kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan
pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika
tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian
dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.
2. Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan
dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah
memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan
(seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan
(komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal),
kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
C.
Cara Menguji Autoritas
Seorang penulis yang
objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua.
Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja
atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data
eksperimental.
Ada beberapa cara
sebagai berikut :
1. Tidak
mengandung prasangka
Pendapat disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri atau
didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya.
2. Pengalaman dan
pendidikan autoritas
Pengalaman dan
pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan
sebagai seorang ahli yang diperoleh dalam pendidikannya. Pendidikan yang
diperoleh akan menjadi jaminan awal. Pengalaman dan pendidikan yang diperoleh
autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan
pendapatnya akan memperkuat kedudukan autoritas.
3. Kemashuran dan
prestise
Yang harus diperhatikan
dalam meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai
autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di
bidang lain.
4. Koherensi
dengan kemajuan
Kohesi dan koherensi
merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan
konsep kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk sedangkan
koherensi adalah Kepaduan Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti
setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut.
Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang
didengar atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur
komponen lahirnya harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu
serasi dengan kehadiran yang lain baik bentuk maupun distribusinya.
Apakah pendapat
yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman
atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk
memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan
yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja,
maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.
Daftar Pustaka